ESQ

Prinsip

Mereka terjerumus pada prasangka, pradigma, atau belenggu pikiran, yang menganggap, jika ada orang menguap ditengah rapat diartikan orang tersebut ‘tidak antusias’ sebuah prasangka negatif.

janganlah kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diasingkan

tindakan seseorang sangat bergantung dengan alam pikirannya masing-masing. Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih responnya sendiri-sendiri. Ia bertanggung jawab penuh atas sikap yang ditimbulkan dari pikirannya sendiri. Andalah “raja” dari pikiran anda sendiri. Bukan lingkungan sekeliling anda. Namun lingkungan ikut serta berperan dalam mempengaruhi cara berpikir seseorang. Apabila lingkungannya pahit maka ia pun menjadi pahit, selalu curiga, dan sering kali berprasangka negatif kepada orang lain.
Pikiran negatif ini semakin bertambah dan semakin menguat ketika system informasi semakin maju. Dan media informasi seperti televisi, majalah dan Koran terus membombardir, pikirannya dengan berita-berita pambunuhan, penipuan dan kejahata-kejahatan.
Sebaliknya, orang yang memiliki prinsip, akan lebih mampu melindungi pikirannya. Ia mampu memilih respon positif ditengah lingkungan paling buruk sekalipun. Ia akan tetap berpikir positif dan selalu berprasangka baik pada orang lain. Ia mendorong dan menciptakan kondisi lingkungannya untuk saling percaya, saling mendukung, bersikap terbuka dan kooperatif, hasilnya adalah sebuah “aliansi cerdas” yang akan menciptakan performa puncak, dialah raja dari pikirannya sendiri.




Prinsip-prinsip hidup

Prinsip-prinsip yang tidak fitrah umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah ataupun kegagalan batiniah. Dunia telah membuktikan bahwa prinsip yang tidak sesuai dengan suara hati atau mengabaikan hati nurani seperti pada contoh diatas, terbukti hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan kehancuran.
Prinsip-prinsip buatan manusia itu sebenarnya adalah suatu upaya pencarian dan coba-coba manusia untuk menemukan arti hidup yang sebenarnya. Mereka umumnya hanya memandang satu tujuan dari sebelah sisi saja dan tidak menyeluruh, sehingga akhirnya menciptakan suatu ketidak seimbangan , meskipun pada akhirnya keseimbangan alam telah terbukti menghempaskan mereka kembali.
Mereka biasanya merasa paling benar, tanpa menyadari bahwa sisi lain dari lingkungannya yang juga memiliki prinsip yang berbeda dengan dirinya. Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadilah yang akan mampu membawa manusia ke arah kebahagian yang hakiki. Berprinsiplah dan berpegang pada sesuatu yang lebih labil niscaya akan menghasilkan sesuatu yang labil pula.



Pengalaman

Pengalaman kehidupan dan lingkungan akan sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang, berakibat pada terciptanya sosok manusia hasil pembentukan lingkungan social yang buruk, maka ia pun akan menjadi seseorang seperti lingkungannya itu.
Pengalaman-pengalam hidup, kejadian-kejadian yang dialami juga sangat berperan dalam menciptakan pemikiran seseorang, sehingga membentuk suatu pradigma yang melekat didalam pikirannya. Seringkali pradigma itu dijadikan sebagai suatu kaca mata dan sebuah tolak ukur bagi dirinya sendiri, atau untuk menilai lingkungannya. Hal ini jelas akan sangat merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang lain. Ini akan sangat membatasi cakrawala berpikir, akibatnya dia akan melihat segala sesuatu secara sangat subyektif, ia akan menilainya segala berdasarkan landasan ‘frame’ berpikirnya sendiri, atau melihat berdasarkan bayangan ciptaannya sendiri, bukan melihat sesuatu secara rill dan obyektif. Ia akan menjadi produk dari pikirannya, ia akan terkukung oleh dirinya sendiri, kadang ia tidak menyadari sama sekali bahwa alam pikirannya itu sudah begitu terbelenggu.


Kepentingan dan prioritas

Kepentingan tidak sama dengan prioritas
Kepentingan cenderung bersifat mikro (diri sendiri) sedangkan prioritas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan kita untuk melakasanakan hal yang tepat. Prioritas juga lebih spesifik daripada efesiensi, yaiitu mengarahkan kita untuk melaksanakan sesuatu secara benar. Prioritas bermuara dari prinsip, suara hati, kepentingan, dan kebijaksanaan.
Orang yang berprinsip pada perkawanan akan memprioritaskan sesuatu yang bisa melanggengkan persahabatan, orang yang berprinsip pada persaingan antara teman akan memprioritaskan sesuatu yang bisa menjatuhkan pesaingnya dan sekaligus bisa mengangkat dirinya, orang yang berprinsip pada kemenangan kelompok akan mementingkan dan mendahulukan kemenangan tim meskipun harus mengorbankan kepentingan pribadinya. Pada intinya prinsip akan melahirkan prioritas, dan orang yang bijaksana akan mengambil suatu keputusan yang mempertimbangkan semua aspek sebagai satu kesatua tauhid atau prinsip keesaan, berprinsiplah atas nama Allah.

Sudup pandang

Keputusan yang diambil sangat tepat, operator yang bersalah itu harus berani bertanggung jawab, ia pun harus berani meminta maaf, perusahaan harus tetap diselamatkan karna menyangkut ratusan nasib karyawan, dan masa depan operator itu tetap diperhatikan, inilah contoh prinsip berfikir 99 thinking hats dengan mengingat sifat-sifat Allah (asmaul husna) atau bisa saya sebut bersikap dengan prisip esa dalam suatu pikiran dan tindakan.


Ia mengorbankan banyak hal untuk mendapatkan julukan tersebut (karyawan teladan). Ketika ia sakit, ia mencoba menyembunyikan penyakitnya agar tidak terlihat oleh atasan dan teman kerjanya, ia terus bertahan, hingga mau menjemput dirinya. Ia tidak pernah melaporkan kondisi sebenarnya, ia memandang julukan teladan dari satu sisi saja, yaitu sisi kehormatan di mata perusahaan. Tidak memandang sisi lain, kesehatan badannya serta keselamatan dirinya. Ia tidak mencari kehormatan di sisi Allah yang Maha Adil dan Bijaksana. Allah selalu mempertimbangkan semua aspek dari segala sudup pandang, agar menghasilkan keputusan yang Esa (terintegrasi)

lihatlah semua sudup pandang secara bijaksana berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna.


0 Response to "ESQ"

Posting Komentar

photo2